WARTA.TV - Suntikan botox relatif aman hanya jika diberikan oleh dokter atau tenaga medis profesional yang telah terlatih dan bersertifikasi. Kesimpulannya, suntikan botox itu aman karena dosis racunnya sangat rendah dan selama diberikan oleh tenaga medis yang sudah terlatih khusus, pasien atau penerima botox akan mendapatkan manfaat botox secara maksimal.
Cara Kerja Botox
Botox memblokir pelepasan asetilkolin, yaitu zat neurotransmiter yang dikeluarkan sel-sel saraf. Zat ini berperan sebagai alat komunikasi dari sel-sel saraf ke otot. Ketika dikeluarkan oleh sel saraf, asetilkolin menyebabkan otot berkontraksi. Tanpa asetilkolin, saraf tidak dapat mengirim sinyal ke otot dan sebagai akibatnya otot menjadi lumpuh.
Pada perawatan anti-penuaan, suntikan botox melemahkan atau melumpuhkan beberapa otot wajah yang sebelumnya berkontraksi dan menyebabkan kerutan pada kulit. Kerutan dan garis-garis halus pada bagian kulit yang disuntik akan menghilang 2-7 hari setelah suntikan.
Tidak Bertahan Lama
Serabut saraf yang beregenerasi setelah beberapa bulan menyebabkan efek botox hanya akan bertahan selama tiga hingga enam bulan. Ini menyebabkan suntikan botox harus diulang terus menerus secara berkala. Makin sering disuntikkan, efeknya akan makin bertahan lama.
Namun pada beberapa kasus, tubuh orang yang disuntik botox telah membangun kekebalan terhadap bahan ini. Antibodi yang diproduksi oleh tubuh secara alami membuat suntikan botox menjadi kurang efektif.
Mendeteksi Kondisi Tertentu
Sebelum suntikan diberikan, untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping buruk, dokter akan menanyakan informasi tentang:
- Apakah Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang ingin memiliki anak.
- Apakah Anda menerima suntikan botox dalam empat bulan terakhir.
- Untuk mengurangi risiko pendarahan dan memar, jika Anda sedang mengonsumsi obat untuk mengurangi kekentalan darah, Anda mungkin akan disarankan untuk tidak mengonsumsinya dalam beberapa hari sebelum suntikan.
- Apakah Anda sedang mengonsumsi obat pelemas otot, obat tidur, atau obat-obatan untuk menangani alergi.
- Apakah ada infeksi atau pembengkakan di sekitar area yang akan disuntik.
- Apakah Anda mengalami masalah otot.
- Obat-obatan apa saja yang sedang Anda konsumsi, termasuk obat yang dijual bebas, herba dan vitamin.
- Apakah Anda alergi terhadap obat-obatan tertentu.
Informasikan juga kepada dokter jika:
- Anda berencana menjalani operasi dalam waktu dekat.
- Pernah menjalani operasi wajah.
- Mengidap lemah otot pada dahi seperti sulit mengangkat alis.
- Kontraindikasi
Anda disarankan untuk menjauhi botox jika:
- Mengalami hipersensitif terhadap botox ataupun komponen apa pun di dalam formula tersebut.
- Mengalami infeksi pada area yang akan disuntik.
- Mengalami infeksi saluran kemih.
- Mengalami gangguan otot atau saraf seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS),myasthenia gravis, disfagia (kesulitan menelan).
Apakah Suntikan Botox Terasa Sakit?
Botox disuntikkan dokter ke otot melalui jarum suntik kecil di beberapa area yang diperlukan. Jumlah suntikan ditentukan berdasarkan beberapa hal seperti luas area yang ditangani.
Sebagian besar orang dapat menoleransi rasa sakit saat botox disuntikkan ke bagian tertentu pada kulit. Namun ada juga yang membutuhkan prosedur tertentu agar tidak terasa sakit, misalnya:
- Krim pereda sakit yang dioleskan 60-90 menit sebelum suntik.
- Suntikan obat bius untuk membuat area tertentu dari kulit menjadi kebas.
- Semprotan dingin.
Umumnya penyuntikan botox disarankan untuk diulangi 12 minggu kemudian.
Berikut ini adalah beberapa hal yang patut menjadi perhatian setelah menjalani suntikan botox:
- Jika Anda akan menjalani perawatan gigi atau operasi, penting untuk menginformasikan pada dokter yang bersangkutan bahwa Anda baru mendapat suntikan botox beberapa waktu sebelumnya.
- Hindari berkendara atau melakukan aktivitas apa pun yang memerlukan penglihatan baik.
- Batasi konsumsi minuman keras.
- Hindari menggosok atau memijat area yang disuntik untuk menghindari persebaran toksin ke area sekitar suntikan.
- Berkonsultasilah kepada ahli farmasi atau dokter terlebih dahulu jika Anda ingin mengonsumsi obat-obatan di luar perawatan botox.
Komplikasi
Ptosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi pasca suntikan botox. Pengidap ptosis mengalami penurunan kelopak mata bagian atas yang dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata. Selain ptosis, komplikasi lain dari botox yang lebih jarang adalah kesulitan menelan, berbicara dan bernafas.
Efek Samping Ringan hingga Parah
Tiap perawatan memiliki manfaat sekaligus efek samping, termasuk suntikan botox. Risiko efek samping yang dirasakan bergantung kepada kadar botox yang diberikan, tapi umumnya masih bersifat ringan dan sementara. Berikut ini adalah dampak yang mungkin dirasakan:
- Gejala-gejala yang menyerupai flu.
- Mengantuk, lemas, lelah tanpa alasan jelas.
- Sakit kepala ringan.
- Otot memar, nyeri, dan kaku pada bagian yang disuntik.
- Kulit gatal dan kemerahan.
Pada umumnya gejala di atas akan segera mereda, tapi jika kondisi Anda tidak membaik, segera konsultasikan kepada dokter.
Efek samping akan menjadi berbahaya ketika suntikan tidak diberikan tepat sasaran. Botox akan menyebar ke jaringan sekitar dan mengakibatkan masalah berikut:
- Sakit kepala atau migrain terasa makin parah.
- Wajah seakan-akan terasa mati rasa.
- Kelopak mata menjadi berat dan sulit terbuka.
- Alis tidak simetris atau tidak sejajar
- Mata berair atau sebaliknya, mata menjadi kering.
- Bibir tidak dapat melengkung sempurna saat tersenyum.
Konsultasikan kepada dokter secepatnya jika Anda mengalami masalah di atas.
Pada beberapa kasus yang sangat jarang terjadi, botox dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lain. Kondisi yang umumnya terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah suntikan ini pada akhirnya menimbulkan botulisme dengan gejala yang tergolong gawat sebagai berikut:
- Masalah penglihatan
- Sulit bicara
- Sulit menarik napas
- Sulit menelan makanan
- Otot tubuh terasa lemas
- Tidak dapat menahan buang air
Jika mengalami gejala-gejala di atas, segeralah pergi ke Instalasi Gawat Darurat.